Panduan budidaya ikan lele secarlengkap
Lele merupakan salah satu ikan berkumis dari keluarga
Setiap hari permintaan lele dipasaran selalu meningkat, namun sayangnya harga ikan lele tetap begitu begitu saja tidak pernah naik harga.saat ini budidaya ikan lele jika tidak dilakukan secara serius maka kita akan membuang-buang waktu dan materi saja, jika dibandingkan dengan ikan lain memang ikan lele memiliki banyak keunggulan mulai dari segi produksi yang cepat, kepadatan tebar, dan juga survival rate (SR). Kali ini saya akan menjabarkan budidaya ikan lele secara lengkap dan cukup mudah baik bagi yang masih pemula di dunia perlelean
PERSIAPAN KOLAM BUDIDAYA IKAN LELE
Untuk budidaya ikan lele dibutuhkan sarana untuk mendukung kesejaheraan lele. Kolam ikan lele tidak dapat dianggap sebagai hal yang tidak terlalu penting. Karena kolam akan menjadi rumah terakhir sikumis sebelum masuk kuali,,, hehehehe
Konstruksi kolam adalah langkah awal semangat lele untuk hidup, sama seperti manusia bukan, jika anda tinggal ditempat yang tidak memadai maka anda akan merasa tidak nyaman untuk tinggal ditempat itu,
Kita dapat memilih jenis kolam yang akan kita pakai, biasanya para pembudidaya memkai kolam tanah, kolam beton dan kolam yang terbuat dari terpal. Tergantung yang mana yang akan anda gunakan. Membangun kolam bisa dikatakan tidak sulit apabila menguasai prinsip-prinsip, teknik dan cara pembuatannya. Persyaratan teknis yang harus dipenuhi adalah tersedia sumber air untuk mengisi air kolam sepanjang tahun, dan pada musim penghujan tidak pernah mengalami kebanjiran. Yang tidak kalah penting bahkan bisa menjadi faktor pembatas dalam budidaya, yaitu kualitas air yang meliputi sifat-sifat fisika air, kimia air, dan biologi air.
Baca Juga
JENIS-JENIS KOLAM BUDIDAYA IKAN LELE
1) Kolam Tanahpenggunaan kolam tanah sebagai media budidaya ikan lele saya pikir cukup bagus. Anda hanya menyesuaikan konstruksinya saja. Usahakan membuat kolam jangan ditempat yang terlalu datar karena akan mempersulit saat panen nantinya. Penggunaan kolam tanah dapat mengghemat biaya produksi kita karena pembuatan kolam ini tidak memakan banyak biaya dan tentunya kolamnya tahan lama.
Untuk membangun kolam yang demikian, dua hal yang harus diperhatikan betul adalah tanah dan air. Sebab kedua hal pokok tersebut nantinya akan menentukan bentuk, luas dan banyaknya kolam yang akan dibuat. Tanah yang dimaksud disini selain dari teksturnya, juga kemiringan tanahnya sendiri yang kita kenal dengan istilah tofografi. Sedangkan persyaratan air yang harus diperhatikan selain dari banyaknya air yang kita kenal dengan debit air, juga kontinyuitasnya yang harus tersedia sepanjang tahun.
2) Kolam Beton
Tentu setiap orang yang membudidayakan ikan terutama ikan lele menginginkan kolam ini. Kita pasti sudah tahu sangat banyak keuntungan dan kenudahan yang akan kita dapat jika menggunakan kolam ini.
Kita dapat lelusa dalam mengontrol air dan pada saat pemanenan kita tidak perlu bermain-main dengan lumpur. Tetapi untuk membuat kolam beton mengharuskan kita untuk merogoh kantung dalam-dalam. Satu kolam saja untuk ukuran 4m x 6m saja memerlukan dana sebesar Rp 3-4 juta . yah tentu kita harus berpikir akan hal itu, jika anda tidak memiliki modal sebesar itu anda bisa saja mengakalinya dengan menggunakan kolam terpal atau kolam tanah.
3) Kolam Terpal
Untuk menghemat modalproduksi anda dapat menggunakan kolam ini, kolam yang terbuat dari terpal yang di rancang dengan sangat baik akan dapat memberi hasil yang sangat memuaskan. Kolam ini sangat flexsibel. Namun penggunaan kolam jangka panjang kolam ini sangat tidak disarankan. Kolam terpal biasanya hanya dapat bertahan sekitar 1-2 tahun saja tergantung jenis terpal yang digunakan.
PERSYARATAN LOKASI BUDIDAYA IKAN LELE
Bayak faktor yang mempengaruhi sukses tidaknya budidaya ikan lele
Beberapa faktor yang memengaruhi antara lain
a. Tanah
Tanah yang baik untuk pembuatan kolam ikan adalah jenis liat atau lempung dengan sedikit kandungan pasir. Karena kedua jenis tanah ini kedap (dapat menahan) air. Jenis tanah ke dua yang dianggap masih cocok yaitu jenis tanah beranjangan atau terapan dengan kandungan liat sekitar 30%. Kedua jenis ini terbukti mampu menahan massa air yang besar dan tidak bocor, sehingga dapat dibuat pematang yang kuat dan kokoh. Apabila kita menemukan jenis tanah selain di atas, seperti banyak mengandung pasir, kerikil, bahkan batu-batu besar, maka kita harus membuat kolam dengan konstruksi tembok/semen atau terpal, karena jenis tanah seperti ini tidak mampu menahan air (poros).
b. Air
Air merupakan persyaratan mutlak yang menjadi pertimbangan dalam pembuatan kolam, sebab nantinya air akan menjadi media hidup bagi ikan di dalam kolam. Sumber air pada pemilihan lokasi pembuatan kolam ini dapat berasal dari air sungai, waduk, atau saluran pengairan lainnya, yang terpenting sumber air tersebut tidak tercemar dan mengalir sepanjang tahun, agar dapat memenuhi kebutuhan air kolam Hindari pemilihan lokasi yang sumber airnya tercemar oleh limbah-limbah beracun.
Biasanya keberadan pabrik-pabrik dan limbah perkotaan merupakan sumber pencemaran yang berbahaya bagi ikan yang dapat mengakibatkan kematian. Persyaratan lain dari sumber air ini adalah dari segi kualitas airnya. Memang ikan lele memiliki daya adaptasi dan ketahanan yang cukup baik. Namun secara umum nilai persyaratan kualitas air untuk budidaya ikan lele adalah nilai suhu berkisar 25 – 30 0C, pH 6,5 –8,5,dan DO minimal 3 ppm
KONTRUKSI WADAH KOLAM BUDIAYA IKAN LELE
Bagian-bagian kolam budidaya ikan lele meliputi pematang kolam, dasar kolam, pintu pemasukan air (inlet), pintu pengeluaran air (outlet), saluran pemasukan air, dan saluran pembuangan air, kamalir, dan kobakan
a.Pematang kolam
Pematang merupakan bagian kolam utama yang memberikan bentuk dari suatu kolam dan berfungsi agar air dapat selalu tertampung dalam volume yang cukup untuk memelihara ikan. Tanpa pematang maka air tidak akan bisa tertampung atau tergenang pada suatu tempat, maka tempat tersebut tidak layak dikatakan sebagai kolam. Pematang kolam harus dibuat dengan ukuran yang memadai sesuai dengan luas kolam.
Selain kuat untuk menahan volume air, pematang juga harus mampu menahan arus air yang disebabkan oleh hujan lebat atau banjir. Pematang kolam yang baik adalah berbentuk trapesium. Lebar pematang bagian atas dan bawah hendaknya dibuat dengan perbandingan 1 : 2. Tinggi pematang harus sesuai dengan luas kolam serta jenis ikan yang akan dibudidayakan. Pematang harus lebih tinggi dari permukaan air di kolam. Misalnya apabila anda menginginkan membuat kolam dengan ketinggian air kolam 75 cm, maka ketinggian kolam sebaiknya 100 cm.
Pematang dan dasar kolam berfungsi menahan massa air selama mungkin di dalam kolam, sehingga ikan peliharaan dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak. Pematang dan dasar kolam ada yang dibuat dari beton atau dari tanah asal dari kolam itu dibangun. Pembuatan kolam dilakukan dengan menggali permukaan tanah, dan tanah bekas galian tersebut digunakan untuk membangun pematang. Pematang dibuat berbentuk trapesium, dimana ukuran lebar bagian atas antara 1 – 1,5 meter, lebar bagian dasarnya 2 – 3 meter, dengan tinggi berkisar 1 – 1, 5 meter.
Fungsi lain dari pematang ini adalah untuk sarana orang berjalan untuk keperluan budidaya ikan. Kadangkadang petani dalam membuat pematang juga mempertimbangkan jenis tanah yang akan dibuat kolam, sebagai contoh apabila jenis tanahnya banyak mengandung fraksi tanah liat, maka kemiringnnya lebih curam. Dengan kata lain perbandingan lebar antara bagian atas dan bagian bawah lebih kecil. Untuk kolam yang jenis tanahnya banyak mengandung fraksi pasir, maka pematangnya dibuat lebih landai, agar meminimalisir terjadi longsor pada kolam
b. Saluran Air
Saluran air merupakan hal yang harus di perhatikan dalam pembuatan kolam. Fungsi saluran ini adalah untuk mengontrol keluar masuknya air dan menjaga kebanjiran kolam pada saat musim peng hujan.
Oleh karena itu saluran air dibuat dengan perhitungan yang cermat. Bisa juga menggukan sistem Central Drain. Pintu pemasukan air (inlet) berfungsi untuk memasukkan air. Air yang dimasukkan adalah air bersih yang kaya oksigen terlarut (DO), dan kalau memungkinkan kaya zat hara, karena oksigen terlarut sangat dibutuhkan oleh biota air yang ada di dalam kolam terutama ikan budidaya untuk aktifitas respirasinya.
Sedangkan zat hara dibutuhkan oleh fitoplankton untuk melakukan proses fotosintesis. Pintu pengeluaran air (outlet) berfungsi untuk mengeluarkan air dari dalam kolam ke luar. Air yang dikeluarkan adalah air kotor yang banyak mengandung NH3, H2S, CO2, NO2, dan limbah metabolisme (metabolit) lainnya. Inlet kolam bisa terbuat dari paralon atau berbentuk saluran. pengontrolan air dan pemanenan dipengaruhi oleh ini.
PENGOLAHAN DASAR KOLAM BUDIDAYA IKAN LELE
Pengelolan wadah, media, dan peralatan pembesaran ikan memegang peranan penting, baik untuk keberhasilan maupun untuk memperlancar kegiatan produksi. Pengelolaan wadah adalah bagaimana kita mengelola wadah agar bisa berfungsi dengan optimal untuk digunakan dalam kegiatan pembesaran ikan seperti tidak bocor, meminimalisir keberadaan hama dan penyakit yang bisa menyerang ikan, meminimalisir keberadaan bahan-bahan beracun, dan membuat kondisi kualitas air yang sesuai dengan kehidupan ikan.
Pengelolaan media adalah menjaga kondisi optimal kualitas air agar selalu berada pada kisaran nilai-nilai yang ideal bagi ikan. Adapun pengelolaan peralatan adalah mengidentifikasi dan mengadakan peralatan untuk pembesaran ikan baik yang utama maupun pendukung serta mampu mengoperasikannya sehingga dapat berfungsi untuk meningkatkan produktifitas kolam/tambak. Adapun ruang lingkup yang akan dibahas pada materi ini meliputi: menyiapkan wadah pembesaran ikan, menyiapkan media pembesaran ikan , dan menyiapkan peralatan dan bahan pembesaran ikan.
Kolam atau tambak baik yang baru maupun yang lama yang akan dipergunakan untuk pembesaran ikan harus dipersiapkan agar kondisi fisik, kimia, dan biologi kualitas airnya baik, sehingga mendukung bagi kehidupan ikan untuk tumbuh dengan baik juga. Langkah-langkah persiapan kolam/ kolam/tambak pembesaran ikan sebagai berikut :
1) Mengeringkan dasar kolam
2) Mengolah dasar kolam
3) Memberantas Hama
4) Mengapur dasar kolam
5) Memupuk dasar kolam
6) Mengairi kolam
1. Mengeringkan dasar kolam
Pengeringan dan penjemuran dasar kolam/tambak dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari atau dapat didukung dengan cara pembakaran sekam di dalam kolam/tambak pembesaran ikan.
Tujuan pembakaran sekam selain untuk mempercepat pengeringan terutama pada waktu musim hujan, yaitu untuk membunuh/mengusir hama penyakit yang bersembunyi pada lubang-lubang tanah, dan sebagai pupuk organik. Proses pengeringan berlangsung kurang lebih selama 1 – 2 minggu (pada cuaca normal) dimana indikasi yang dapat dilihat sampai permukaan dasar kolam/tambak mulai retak-retak dan masih lembab tetapi jangan sampai tanah menjadi berdebu karena dapat mengurangi kesuburan tanah.
Secara umum, pengeringan kolam/tambak bertujuan untuk :
• Mengoksidasi bahan organik yang terkandung dalam lumpur dasar tersebut menjadi mineral (hara).
• Menguapkan zat/bahan beracun yang dapat mengganggu kehidupan
• ikan seperti NH3 (Amonia), H2S (Asam Sulfida), dan NO2 (Nitrit ) pada tanah/lumpur .
• Memutus/membunuh siklus hidup organisme pengganggu yang terdapat pada lumpur/tanah
• Mempercepat proses dekomposisi oleh bakteri pengurai. Pengeringan tanah dasar kolam/tambak yang baik juga efektif untuk
• membunuh benih-benih ikan liar, ikan-ikan buas, benih kepiting, dan hamahama lain, serta bibit-bibit penyakit. Hal ini akan lebih lengkap apabila dibarengi dengan pemasangan saringan yang baik pada pintu pemasukan air untuk mencegah masuknya hama ke dalam kolam/tambak.
2. Pengolahan dasar kolam
Pengolahan dasar kolam/tambak dilakukan setelah pengeringan dasar kolam/tambak selesai dilakukan. Tujuan dari pengolahan dasar kolam/tambak adalah :
• agar tanah dasar menjadi gembur sehingga memungkinkan aliran udara masuk ke sela-sela tanah, sehingga proses oksidasi dapat berlangsung dengan baik.
• membunuh organisme patogen yang masih tertinggal di lapisan tanahbagian dalam.
• Memperbaiki kondisi tekstur dan struktur tanah, sehingga tanah porous menjadi kedap air
• Membuat dasar kolam atau pelataran tambak memiliki kemiringan ke pintu pengeluaran agar air mudah dikuras apabila waktu penggantian air atau pada waktu pengeringan kolam/tambak.
• Menghilangkan atau mengurangi bahan-bahan kimia beracun dalam tanah akibat pembusukan dan penguraian (mineralisasi) unsur -unsur yang dapat mengganggu kehidupan ikan seperti Asam sulfida (H2S), Amonia (NH3), Nitrit , dan sebagainya.
• Mengurangi volume lumpur pada dasar kolam/tambak, dimana hasil buangan lumpur bisa dipergunakan untuk menebalkan pematang kolam/tambak.
Pengolahan bisa dilakukan dengan menggunakan cangkul, bajak, dan mesin traktor. Untuk mengurangi kandungan bahan organik di dasar kolam/tambak, lapisan tanah dasar kolam dicangkul sedalam 5 –10 cm dan lumpur diangkat kemudian dipindahkan ke pematang atau tempat lain di luar kolam. Sistem pengangkatan lumpur pada dasar kolam/tambak ke pematang kolam/tambak dikenal dengan istilah “keduk teplok”, dimana lumpur dilapis secara merata pada pematang kolam/tambak sehingga pematang semakin tebal dan tambah kuat. Pada saat pengolahan dasar kolam/tambak, dilakukan juga pengontrolan kondisi bagian-bagian kolam/tambak sekaligus perbaikannya apabila terdapat kerusakan-kerusakan seperti kebocoran pematang, kebocoran pintu pengeluaran dan pemasukan air, perbaikan caren, dan sebagainya.
Dengan pengolahan serta perbaikan seluruh bagian kolam/tambak, kondisi fisik dan biologi lingkungan kolam/tambak menjadi baik. Air masuk dan keluar menjadi lancar, tidak ada kebocoran kolam/tambak, mempermudah tindakan penanganan apabila kualitas air di dalam kolam/tambak mengalami hal-hal yang tidak diinginkan.
Langkah-langkah pengolahan dasar kolam/tambak adalah sebagai berikut:
1. Tentukan jenis kolam/tambak yang digunakan untuk pembesaran ikan
2. Siapkan seluruh alat dan bahan yang diperlukan untuk pembesaran ikan
3. Keringkan kolam/tambak pembesaran ikan dengan menutup inlet membuka outlet kolam/tambak
4. Gemburkan dasar kolam/tambak secara merata dengan cara mencangkul tanah dasar kolam/tambak sedalam 5 – 10 cm.
5. Angkatlah lumpur pada dasar kolam/tambak dan ratakanlah ke pematang kolam/tambak (sistem keduk teplok)
6. Lakukan pembuatan dan perbaikan terhadap bagian-bagian kolam/tambak yakni inlet dan outlet, keran serta pematang kolam
7. Bersihkanlah peralatan yang telah digunakan, dan kembalikanlah ketempatnya semula
3.Memberantas hama ikan lele
Dalam kegiatan pembesaran ikan, baik yang dilakukan secara tradisional, semi intensif maupun intensif, masalah gangguan hama, merupakan masalah yang tidak bisa diremehkan. Keberadaannya ada yang karena kurang baiknya persiapan kolam/tambak, dan ada pula yang disebabkan terbawa aliran air masuk.
Hama dapat digolongkan dalam 3, yaitu golongan pemangsa (predator), golongan penyaing (kompetitor), dan golongan pengganggu. Golongan pemangsa benar-benar sangat merugikan kita, karena dapat memangsa ikan secara langsung. Hama yang termasuk golongan ini antara lain adalah:
• Ikan buas, seperti Gabus (Channa striatus), Toman (Channa micropeltus), Belut (Pluta alba), dan lain-lain.
• Ketam ketaman diantaranya adalah kepiting.
• - Bangsa burung, seperti blekok (Ardeola ralloides speciosa), cangak (Ardea cinerea rectirostris), dn lain-lain.
• - Bangsa ular seperti ular air atau ular kadut (Cerberus rhynchops Fordonia leucobalia, dan Chersidrus granulatus).
• - Wlingsang, sero atau otter (Amblonyc cinerea dan Lutrogale perspiciliata).
Golongan penyaing (kompetitor) adalah hewan-hewan yang menyaingi ikan dalam hidupnya, baik dalam mengambil pakan maupun dalam ruang geraknya. Termasuk ke dalam golongan ini adalah:
• Bangsa siput seperti keong mas.
• Ikan liar seperti ikan seribu, ikan sapu-sapu dan lain-lain.
Golongan pengganggu, walaupun tidak memangsa atau mengganggu namun merusak pematang, merusak pintu air, dan merusak dasar tanah kolam/tambak. Beberapa diantaranya adalah :
• Bangsa ketam yang suka membuat lubang-lubang di pematang, sehingga dapat menyebabkan kebocoran pada kolam/tambak.
• Ikan Belut juga suka membuat lubang di pematang
Untuk memberantas hama-hama yang hidup di dalam, kita dapat menggunakan pestisida organik atau alami yang relatif tidak berbahaya baik bagi ikan yang kita budidayakan maupun bagi konsumen yang mengkonsumsinya. Seperti kita ketahui jenis pestisidaanorganik memiliki sifat lambat terurai di dalam air sehingga akan bisa termakan bersama-sama dengan pakan, dan didalam tubuh ikan akan terakumulasi.
Apabila termakan oleh manusia akan menyebabkan keracunan atau bisa merusak organ tubuh seperti hati, ginjal, dan lainlain. Jenis-jenis pestisida alami tersebut antara lain tepung biji teh (Camellia sp.) yang mengandung racun Saponin sebanyak 10 – 15 %, akar tuba (Derris eliptica) yang mengandung racun Rotenon, dan sisa-sisa tembakau (Nicotina tabacum) yang mengandung racun Nikotin.Ikan-ikan liar, ikan buas, siput dan ketam dapat diberantas dengan Saponin pada takaran 15 – 20 kg/ha. Penggunaan tepung biji teh bisa juga dilakukan, yaitu dengan dosis 150 – 200 kg/ha. Saponin sangat cocok dan aman untuk memberantas hama-hama ikan, sebab pada takaran tertentu sudah dapat mematikan hama, tetapi tidak membahayakan ikan maupun jasad-jasad makanan ikan. Daya racun Saponin terhadap hama ikan seperti kepiting/ketam 50 kali lipat lebih besar dari pada terhadap ikan. Daya racunnya sudah akan hilang dalam waktu 2 – 3 hari.
Daya racun Saponin akan berkurang, apabila digunakan pada air yangberkadar garam rendah. Pada air berkadar garam 15 permil, maka dosis pemakaiannya 12 gram/m3 .Cara penggunaannya adalah tepung direndam dalam air selama 24 jam agar Saponinnya larut. Selanjutnya Saponin bersama ampasnya disebar merata di tanah dasar kolam/tambak yang masih dalam keadaan becek. Biarkan selama 2 – 3 hari agar racun Saponinnya bereaksi.
Apabila masih terdapat hama yang belum mati, kita dapat membasminya lagi dengan Saponin sebanyak 0,5 ppm. Untuk kebutuhan itu kita membutuhkan 0,4 kg Saponin per hektar dengan kedalaman air 8 cm. Tiga hari kemudian, air dinaikkan lagi hingg asetinggi 15 – 25 cm. Setelah itu kolam/tambak kita cuci sebanyak 2 kali agar racunnya hilang. Tepung Derris yang mengandung 5 – 8 persen Rotenon baik juga digunakan untuk memberantas hama, terutama ikan buas dan ikan liar. Sifatnya hampir sama dengan Saponin, yaitu pada dosis yang mematikan bagi hama ikan tidak menimbulkan efek berbahaya bagi ikan.
Dosis yang sering diaplikasikan untuk membunuh hama ikan adalah 1 – 4 ppm (0,8 – 3,3 kg/ha, pada kedalaman air 8 cm. Apabila tidak ada tepung derris, kita dapat menggunakan akar tubanya secara langsung. Cara penggunaannya, akar tuba kita potong kecil-kecil, lalu direndam selama 24 jam atau minimal satu malam. Setelah itu kemudian ditumbuk sampai lumat, dimasukkan ke dalam air lalu diremas-remas sampai air berwarna putih susu. Untuk satu hektar kolam/tambak, kita membutuhkan 4 – 6 akar tuba. Daya racun Rotenon sudah hilang setelah 4 hari.
Yang bertolak belakang dengan racun Saponin, Rotenon ini akan bertambah beracun apabila kadar salinitas air rendah, dan berkurang apabila kadar salinitas air tinggi.Ikan liar, ikan buas, dan siput dapat juga diberantas menggunakan nikotin dengan dosis 12 – 15 kg/ha. Apabila kita kesulitan mendapatkannya, sisa-sisa tembakau bisa dipakai dengan dosis 200 –400 kg/ha. Sisa-sisa tembakau ditebarkan di kolam/ di tambak sesudah dasar tanah dikeringkan dan diisi air lagi setinggi ±10 cm (macakmacak). Setelah ditebarkan biarkan selama 2 – 3 hari, agar racun nikotinnya bereaksi membunuh hama yang ada pada kolam/tambak. Sementara itu air akan menyusut karena menguap.
Biarkan saja airnya habis sama sekali selama 7 hari. Setelah itu kolam/tambak diairi tanpa harus dicuci terlebih dahulu, sebab sisa-sisa tembakaunya sudah tidak beracun lagi, bahkan akan menjadi pupuk organik yang baik. Sehingga dapat menambah kesuburan kolam/tambak. Brestan-60 dapat juga digunakan untuk memberantas hama ikan di kolam/tambak, terutama Trisipan. Brestan-60 adalah bahan kimia yang berupa bubuk berwarna krem dan hampir tidak berbau. Bahan aktifnya adalah Trifenil asetat stanan sebanyak 60 %. Dosis yang dibutuhkan adalah sebanyak 1 kg/ha dengan kedalaman air 16 – 20 cm dan kadar garamnya28 – 40 permil. Daya racunnya lebih baik pada saat suhu air kolam/tambak tinggi, sehingga aplikasinya sebaiknya dilakukan pada tengah hari ketika panas terik. Agar Brestan-60 dapat memberikan hasil yang cukup baik, cara penggunaannya dapat kita atur sebagai berikut:
• Air dalam petakan kolam/tambak disurutkan sampai kedalaman hanya ± 10 cm (air macak-macak),
• Pintu air dan bocoran-bocoran ditutup rapat,
• Bubuk Brestan-60 yang telah ditakar dilarutkan dalam air secukupnya, kemudian dipercik-percikkan atau disemprotkan menggunakan sprayer(semprotan) ke seluruh permukaan air.
• Air dibiarkan menggenang selama 4 – 10 hari, agar hamanya mati semua.
• Setelah itu kolam/tambak dicuci 2 –3 kali, dengan memasukkan dan mengeluarkan air pada waktu pasang dan surut.
4. Pengapuran dasar kolam
Seorang pengelola kolam/tambak, para teknisi, para pelaksana lapangan, serta semua yang berkecimpung dalam budidaya ikan pasti tidak asing lagi dengan bahan yang dinamakan kapur. Bahan yang berwarna putih ini apabila disentuh akan terasa hangat atau panas serta apabila dimasukkan ke dalam air, maka air akan seperti mendidih dan berwarna putih kekeruhan.
Dalam budidaya perikanan, kapur ini sudah lama digunakan, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Scapperclaus (1933), Hickling (1962), serta Boyd (1976), kapur memiliki banyak manfaat dalam budidaya ikan di kolam /tambak.Kolam/tambak baru atau kolam/tambak lama yang kurang perawatan, pada umumnya mempunyai pH rendah. Khusus untuk tambak yang baru dibuka umumnya mengandung senyawa Pyrite (Fe2S) suatu senyawa yang bukan hanya menimbulkan racun bagi ikan, namun juga dapat mempengaruhi pH menjadi rendah bisa mencapai 4 – 4,5.
Cara untuk menaikkan pH agar menjadi tinggi sesuai yang dikehendaki adalah dengan pengeringan, pengolahan tanah dasar tambak, dan dilanjutkan dengan pengapuran yang merata. Khusus untuk tanah dasar yang mengandung Pyrite, maka harus dilakukan reklamasi terlebih dahulu selama kurang lebih 4 bulan sebelum diberi kapur dengan jumlah 2 – 2,5 ton/ha.
Adapun tujuan atau manfaat dari pengapuran adalah :
• Meningkatkan pH air dan tanah dasar perairan hingga sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki ikan yang dibudidayakan, misalnya pH harus menjadi 7 – 8.
• Meningkatkan alkalinitas air sehingga produktivitas kolam/tambak menjadi tinggi
• Meningkatkan penyediaan mineral di dalam dasar kolam/tambak sehingga pertumbuhan pakan alami (fitoplankton) menjadi lebih baik. Dengan mengubah atau meningkatkan pH menjadi netral atau sedikit basa (alkalis), maka kompleks humus tanah dasar perairan menjadi lebih lancar melepaskan mineral-mineral yang dikandungnya.
• Memberantas hama dan penyakit ikan, yaitu sebagai desinfektan.
• Mengikat butir-butir lumpur halus yang melayang dalam air sehingga air menjadi jernih.
• Mempercepat proses penguraian bahan organik.
• Mengikat kelebihan Karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan baik dari hasil penguraian bahan organik maupun dari respirasi oleh makhluk hidup.
Jenis-jenis kapur yang digunakan dalam budidaya ikan ada beberapa macam yakni Kapur pertanian (CaCO3), kapur bangunan (Ca(OH)2), kapur bakar/tohor (CaO), Kapur Silikat (CaSiO3) Kapur Dolomit (CaCO3, MgCO3), dan Kapur Nitro (Ca(NO3) 2H2O). Dua jenis kapur yang terakhir juga merupakan pupuk yang dapat menyuburkan perairan, sehingga dapat merangsang pertumbuhan fitoplankton.
Jumlah kapur yang diberikan pada setiap kolam/tambak akan berbedabeda tergantung dari tingkat pH dan jenis tanah dasar perairan. Kolam/tambak atau perairan yang mempunyai pH sangat rendah, untuk meningkatkan pH menjadi netral atau alkalis, akan diperlukan kapur yang lebih banyak. Disamping itu, jenis tanah dasar kolam/tambak juga termasuk faktor yang mempengaruhi dalam penentuan jumlah kapur yang akan diberikan. Kapasitas penetralan berbagai jenis kapur tersebut juga berbeda beda. Sebagai contoh, perbandingan kapasitas penetralan dari satu kilogram kapur pertanian (CaCO3) dengan berbagai macam kapur adalah sebagai berikut :
- 0,7 kg kapur celup (Ca (OH)2)
- 0,55 kg kaput tohor atau bakar (CaO)
- 2,25 kg kapur basa (CaCO3 + P2O5)
Semakin besar partikel (butir-butir) kapur, semakin berkurang efisiensinya. Oleh karena itu, bila dipandang perlu, kapur dihancurkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Adapun dosis penggunaan CaCO3(Kapur pertanian) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Seperti telah dijelaskan bahwa pengapuran akan menimbulkan pengaruh yang menguntungkan bagi budidaya ikan. Keuntungan akan dapat tercapai bila keadaan kolam/tambak pada waktu itu membutuhkan kapur. Sedangkan apabila keadaan kolam/tambak sudah cukup mengandung kapur, maka tindakan pengapuran tersebut kurangberdaya guna. Waktu pengapuran kolam/tambak dilakukan apabila keadaan kolam/tambak adalah sebagai berikut :
• Tanah dan air kolam/tambak pH-nya sangat rendah (asam )
• Alkalinitas sangat rendah
• Dasar kolam/tambak terlalu banyak lumpur
• Kandungan bahan bahan organik sangat tinggi dan adanya bahaya kekurangan oksigen
• Adanya benih benih penyakit, parasit, dan hama ikan
Pengapuran kolam/tambak dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1. Pengapuran dasar kolam/tambak yang sedang dikeringkan
2. Pengapuran pada air kolam/tambak, yang dilakukan pada saat kolam/tambak masih berisi air atau pada waktu pemeliharaan. Jadi, didalam kolam/tambak masih terdapat ikan (dosis harus tepat).
3. Pengapuran pada aliran air yang akan masuk kedalam kompleks perkolaman/pertambakan.
Pada umumnya cara pengapuran tersebut diterapkan semuanya. Tetapi apabila berhubungan dengan pengolahan dasar kolam/tambak, pengapuran dilakukan pada saat kolam/tambak sedang dikeringkan. Berhasil atau tidaknya pengapuran pada saat tersebut tergantung pada bagaimana kapur tersebut menyatu dengan tanah.
Pengapuran pada tanah dasar kolam/tambak, baik cara maupun jumlah kapur yang dibutuhkan akan berbeda-beda antara satu kolam/tambak dan kolam/tambak yang lainnya. Kolam/tambak yang baru digali harus diberikan perlakuan atau cara pengapuran yang berbeda dengan kolam/tambak yang sudah pernah dikapur sebelumnya.
Pada kolam/tambak-kolam/tambak yang baru digali, pengapuran dengan menggunakan kapur pertanian, memerlukan kapur sebanyak 20 –150 kg per are (1000 m2) atau 0,2 – 1,5 kg permeter persegi. Adapun caranya adalah kapur diaduk dengan tanah dasar kolam/tambak sedalam kurang lebih 5 cm. Kemudian air dimasukkan ke dalam kolam/tambak sampai mencapai kedalaman 30 cm. Biasanya setelah satu minggu, pH air kolam/tambak akan mencapai tingkat yang diinginkan yaitu 6,5 – 8,0.Pada kolam/tambak yang sudah pernah digunakan, perlu diaplikasikan(diterapkan) kapur tohor (quick lime) sebanyak kira kira 100-150 kg/ha. Adapun caranya adalah dengan menaburkan kapur tohor pada dasar kolam/tambak yang masih lembab, dan biarkan selama 7-14 hari.
Hal ini bertujuan untuk memberantas bibit penyakit, organisme parasit, dan binatang invertebrata yang buas. Kemudian kolam/tambak diisi air kembali sampai mencapai kedalaman kira kira 30 cm. Setelah itu pH air dapat disesuaikan menurut keperluan dengan menambahkan kapur pertanian bila perlu.
5. pemupukan dasar kolam
Pemupukan kolam/tambak merupakan faktor penting untuk memperoleh keberhasilan dalam pembesaran ikan. Tanpa pemupukan maka keberadaan plankton tidak bisa dipertahankan atau ditingkatkan lebih banyak lagi.
Unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh plankton untuk berkembang dalam kolam/tambak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu unsur mutlak dan unsur tidak mutlak. Unsur mutlak adalah unsur yang harus tersedia untuk pertumbuhan pakan alami antara lain Carbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O2), Nitrogen (N2), Fosfor (P), Sulfur (S), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Bila tidak tersedia, harus diberi masukan dengan cara pemupukan. Unsur tidak mutlak adalah unsur-unsur yang sudah cukup terbawa oleh aliran air yang masuk ke dalam kolam/tambak, antara lain Kalium (K), Natrium (Na), Klor (Cl), Aluminium (Al) dan Silikon (Si).
Pemberian pupuk pada tanah dasar kolam/tambak akan memberikan pengaruh terhadap komposisi jenis pakan alami dan tingkat produktifitasnya. Tanah dan air merupakan media untuk pertumbuhan pakan alami di kolam/tambak budidaya.
Produktifitasnya ditentukan oleh kelengkapan unsur-unsur hara sebagai pembentuk komponen bahan esensial dalam pertumbuhan pakan alami tersebut. Pemupukan diperlukan untuk memberikan asupan agar unsur-unsur yang dibutuhkan tersebut menjadi lengkap.
Maksud pemupukan adalah untuk mencapai kondisi media yang baik agar pakan alami dapat tumbuh secara optimal. Jadi tujuan pemupukan itu adalah untuk menyediakan unsur-unsur hara, memperbaiki struktur tanah, derajat keasaman dan lain-lain.
Keberhasilan suatu pemupukan sangat ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah jenis dan jumlah atau dosis pupuk serta cara pemupukannya. Penentuan dosis pupuk secara tepat pada praktiknya adalah sangat sulit karena setiap tempat mempunyai tingkat kesuburan tanah dan air yang berbeda. Dalam kegiatan pembesaran ikan, secara umum pupuk yang sering digunakan dapat dibedakan menjadi dua yakni pupuk anorganik dan organik.
Pupuk anorganik merupakan pupuk buatan pabrik dimana komposisi dan jumlah unsur-unsur penyusunnya tertentu. Beberapa keuntungan pupuk anorganik adalah menyediakan unsur dalam jumlah dan perbandingan yang diinginkan, mudah larut dan dapat langsung dimanfaatkan oleh organisme-organisme yang berklorofil setelah ditebarkan di air.
Teknik pemupukan
Penentuan jumlah pupuk yang akan ditebarkan dalam areal budidaya sangat penting, begitu pula jenis pupuknya. Banyak faktor yang mempengaruhi penentuan jumlah pupuk dan jenisnya, diantaranya adalah kondisi tanah dan air baik sifat fisik, kimiawi dan biologi. Setelah ditentukan jumlah pupuknya, langkah selanjutnya adalah merencanakan tata cara atau teknik pemupukan yang akan dilakukan.
Kekeliruan dalam tata cara pemupukan dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan atau tidak tercapainya tujuan pemupukan tersebut. Salah satu contoh teknik pemupukan yang dilakukan dalam budidaya ikan di kolam/tambak sebagai berikut :
• Mula-mula tanah dasar kolam/tambak dibiarkan dijemur sampai kering atau retak—retak, lalu cangkullah untuk menggemburkan tanah dasar kolam/tambak.
• Sebarkan pupuk organik, seperti pupuk kandang/kompos kering sebanyak 2000 –3000 kg/ha.
• Metode pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara ditebarkan, (dionggokkan) di dasar
kolam/tambak atau digantungkan dalam karung di badan air. Pupuk diaduk rata kemudian disebar ke seluruh permukaan tanah dasar kolam/tambak.
• Masukkan air ke dalam kolam/tambak dengan ketinggian 20 – 30 cm, kemudian dibiarkan selama 3 - 5 hari. Hal ini dimaksudkan agar proses fotosintesis berjalan dengan maksimal sehingga pakan alami dapat tumbuh dengan baik.
• Selanjutnya dapat ditambah pupuk anorganik yaitu Urea + TSP dengan perbandingan 2 : 1 atau sebanyak 50 kg/ha : 25 kg/ha
• Apabila pada petakan pentokolan ketinggian air selanjutnya dapat dinaikkan secara perlahan-lahan sampai ketinggian 40 -60 cm, dan untuk petak pembesaran akan terus dinaikkan dan dipertahankan pada ketinggian 75 -100 cm.
• Biasanya 7 –10 hari setelah pemupukan warna air akan berubah air sudah hijau terang atau hijau muda menandakan pakan alami telah tumbuh dan benih sudah dapat ditebar.
• Untuk menjaga pertumbuhan pakan alami bisa berjalan terus secara teratur, pemupukan dapat diulang 3 – 4 kali selama masa pemeliharaan benih. Pupuk lanjutan cukup dengan pemberian Urea dan TSP yang dicampur dengan perbandingan 2 : 1 atau sebanyak 25 kg/ha : 12,5 kg/ha setiap pemberian.
Beberapa golongan pakan alami yang diharapkan tumbuh dan berkembang di dalam kolam budidaya ikan lele seperti:
(a) Ganggang (alga) berbentuk benang, yaitu:
• Chlorophyceae (alga hijau), diantaranya adalah Enteromorpha, Chaetomorpha, dan Ulva.
• Euglonophyceae, diantaranya adalah Gymnodiumdan Euglena.
(b) Ganggang (alga) dan bentos jenis klekap, yaitu :
• Cyanophyceae(alga biru), diantaranya adalah Spirulina, Lyngbia, Anabaena, Oscilatoria, Phormidium, Chroococeaus, Nostoc, Glococapsa, dan Rivularia.
• Bacillariophyceae (alga kersik), diantaranya Cyclotella, Chaetoceros,dan Synedra.
• Diatomae, diantaranya adalah Skeletonema, Rhizosolenia, Niteschia, Ampora, Pleurogma, Pleurosigma, dan Amphara.
(c) Ganggang (alga) plankton (Phytoplankton), yaitu :
• Chlorophycae, diantaranya adalah Chlamydomonas, Chlorella, Platymonas, Chlorococeum, Selemastrum, Kirchanerilla, Scenedesmus, Ochromonas, Navicula, dan Vaneheria.
Disamping mikroorganisme nabati sebagaimana tersebut di atas, di dalam tambak harus ada pula mikroorganisme hewani (Zooplankton) seperti: Amphipoda, Rotifera (Brachionus), Balanus (anak teritip), Copepoda, Detritus (bangkai hewan renik), cacing Annelida, Crustaceae(anak ikan dan atau ikan renik), Mollusca, Chironomus (anak nyamuk teri), dan jasad-jasad penempel (Ferifiton nabati/hewani). Sedangkan di kolam zooplankton yang diharapkan akan berkembang adalah golongan Daphnia, Moina, Infusoria, cacing Tubifex, dan lain sebagainya
Diantara ke dua golongan pakan alami di atas, baik yang berupa mikroorganisme nabati maupun hewani, sebaiknya terdapat dalam jenis dan jumlah yang seimbang. Namun ada juga tambak yang hanya diprioritaskan tumbuh fitoplankton saja, misalnya tambak ikan bandeng yang dominan membutuhkan klekap saja sebagai makanan alaminya.
Kolam yang digunakan untuk pembesaran ikan lele (Clarias sp), tidak membutuhkan fitoplankton sebagai pakan alami, namun keberadaan fitoplankton sebagai produktivitas primer berguna untuk menumbuhkan zooplankton di kolam. Dengan kata lain tidak mungkin ada zooplankton jika tidak ada fitoplankton. Selain dalam kegiatan persiapan kolam/tambak, aplikasi pupuk juga dilakukan saat kegiatan pemeliharaan. Dengan pemupukan pada kegiatan pemeliharaan maka keberadaan pakan alami akan selalu terjaga keberadaannya, sehingga ikan akan mendapat pakan cukup sehingga pertumbuhannya akan cepat.
Namun penggunaan pupuk organik pada beberapa komoditas ikan budidaya yang rentan terhadap kondisi kualitas air yang kurang bagus tidak dianjurkan, karena dapat menyebabkan ikan keracunan, kekurangan DO, dan bisa terserang hama dan penyakit.Apabila kondisi plankton sudah terlihat kurang (kecerahan air tinggi), maka segera lakukan pemupukan susulan dengan dosis Urea = 10-25 kg/ha, dan TSP = 5-15 kg/ha. Waktu yang baik untuk melakukan pemupukan susulan yaitu siang hari, karena diharapkan pupuk akan langsung direspon oleh fitoplankton untuk bahan dalam proses fotosintesis.
Cara mengetahui kepadatan plankton di lapangan secara sederhana yaitu dengan mengukur kecerahan air kolam/tambak menggunakan Piring Secchi (Secchi disk). Apabila kecerahan berkisar lebih kurang 30 - 45 cm, maka kepadatan planktonnya dikatakan optimal (sedang), namun apabila kurang dari 30 cm berarti plankton terlalu padat, berarti sebaiknya dilakukan pengenceran dengan memasukkan air baru. Tetapi apabila lebih dari 45 cm berarti kepadatan plankton kurang atau jarang, tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan pemupukan susulan.
6. mengairi kolam budidaya ikan lele
Debit air yang cukup besar merupakan persyaratan utama untuk mendirikan unit kolam/tambak . Debit air yang besar akan menjamin ketersediaan air yang berguna bagi kolam/tambak seperti memudahkan penggantian air. Sedangkan fungsi penggantian air adalah untuk membuang atau menghanyutkan bahan-bahan beracun dari sisasisa pakan dan kotoran ikan. Untuk menilai keefekifan penggantian air dipakai ukuran total sirkulasi.
Total sirkulasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengganti seluruh air kolam/tambak. Semakin kecil angka total sirkulasi, semakin tinggi keefektifan air. Pembuangan air kolam/tambak yang efektif adalah melalui bagian dasar kolam/tambak, karena air yang berada pada bagian dasar banyak mengandung bahan-bahan dan senyawa-senyawa beracun. Sehingga air yang terbuang adalah betul-betul air yang kotor. Pengisian air kolam/tambak dilakukan dalam dua tahap.
Tahap pertama adalah mengairi kolam/tambak sedalam ± 30 cm. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan pakan alami, karena dengan kedalaman demikian penetrasi matahari akan dapat menembus sampai ke dasar kolam/tambak. Biasanya dalam jangka waktu lebih kurang satu minggu akan terlihat plankton tumbuh dengan baik dengan kepadatan yang tinggi. Setelah kondisi kolam/tambak sudah ditumbuhi plankton, maka barulah kolam/tambak diisi air sampai ketinggian ideal sesuai kebutuhan ukuran ikan yang akan dipelihara.
Air yang sudah diencerkan, membutuhkan beberapa hari lagi untuk siap ditebar benih ikan yaitu sampai pakan alaminya tumbuh lagi. Karena dengan demikian nantinya benih akan terpenuhi kebutuhan pakannya.
Untuk mendapatkan parameter kualitas air yang optimal dan kondisi prima, maka selama masa pemeliharaan dilakukan penggantian volume air secara terprogram dengan memperhatikan parameter kualitas air yang penting seperti suhu, kecerahan, salinitas, DO, pH, Nitrit, Alkalinitas, dan gas-gas beracun lainnya.
Pada kondisi kualitas menurun (kritis), maka harus dilakukan penggantian air baru yang steril dengan volume air yang lebih banyak. Penggantian air tersebut bisa mencapai di atas 30 %, sehingga pada kondisi seperti ini harus ada sejumlah air yang cukup baik secara kuantitas maupun kualitas. Tujuan penambahan volume ini adalah untuk:
• Menambah volume air yang hilang baik dari rembesan maupun dari penguapan (evaporasi)
• Pengenceran dari kemelimpahan plankton yang berlebihan (terlalu pekat)
• Memperbaiki kondisi parameter kualitas air khususnya bahan organik yang terlalu pekat dan gas-gas beracun.
Upaya menjaga kondisi pH dan alkalinitas air agar tetap stabil selama masa pemeliharaan (selama kolam/tambak operasional), maka dilakukan pengapuran susulan secara periodik dengan dosis berkisar antara 5 – 15 ppm.
PENEBARAN BENIH IKAN LELE
Tahap selanjutnya setelah pengairan kolam adalah penebaran benih ikan lele. Penebaran benih lele dilakukan jika kondisi air kolam sudah benar-benar matang artinya air kolam sudah berubah warna menjadi hijau dan biasanya memakan waktu 3-6 hari dari waktu pengairan kolam, air yang sudah hijau menandakan kondisi air kolam yang sehat dan banyak terdapat fitoplankton, yang akan menjadi pakan alami benih lele nantinya. Selain itu fitoplankton juga berfungsi sebagai pengurai sisa pakan ikan lele, tetapi keberadaan fitoplankton tersebut juga harus dikontrol jangan terlalu banyak atau blooming karena akan mengakibatkan oksigen terlarut (DO) pada air kolam di malam hari akan sangat rendah.
Ciri-ciri benih lele yang siap tebar antara lain sebagai berikut.
• Tidak ada cacat pada tubuh
• Berenang dengan normal ( gesit)
• Warna tidak kusam
• Ukuran seragam
• Menghadap dan melawan arus ketika diberi arus
Ukuran benih yang akan ditebar, akan menentukan lama waktu pemeliharaan untuk mencapai ukuran atau biomassa panen tertentu. Namun benih berukuran kecil biasanya harga satuannya lebih murah dibanding benih yang berukuran besar.
Padat tebar
Padat penebaran benih adalah jumlah atau biomassa benih yang ditebar per satuan luas atau volume sistem teknologi budidaya. Padat penebaran benih akan menentukan tingkat intensitas pemeliharaan. Semakin tinggi padat penebaran benih berarti semakin banyak jumlah atau biomassa benih per satuan luas, maka semakin tinggi tingkat pemeliharaannya. Pada padat penebaran yang tinggi, kebutuhan DO tinggi jumlah pakan yang besar. Benih ikan melakukan metabolisme, sebagai dampaknya maka limbah buangannya berupa feses, NH3, H2S, dan CO2 juga akan banyak. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pada sistem teknologi budidaya yang berbasis daratan seperti kolam, tambak, atau bak plastik, maka dibutuhkan suplai air yang banyak untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang tinggi dan membuang keluar wadah buangan metabolisme tersebut. Kebutuhan DO yang menigkat juga dapat dipenuhi dengan pemberian aerasi. Jumlah benih yang ditebar sangat erat kaitannya dengan daya dukung wadah serta sistem teknologi budidaya yang akan diterapkan. Daya dukung sistem teknologi budidaya meliputi: kesuburan, sistem pengairannya, kondisi kualitas airnya, serta kelengkapan sarana prasarana yang digunakan seperti kincir, pompa, dan sebagainya.
Tergantung pada cara anda nantinya untuk memelihara jika anda menggunakan pada tebar yang rendah contohnya 300-400 ekor/m3 tidak akan memerlukan perhatian yang extra karena itu masih cukup standart tetapi jika anda ingin melakukan tehnik budidaya padat tebar tentu akan membutuhkan dana dan perhatian yang khusus
Teknik penebaran benih
Dalam penebaran benih, hal yang tidak boleh dilewatkan adalah aklimasi dan aklimatisasi. Aklimasi adalah proses penyesuaian biota air terhadap satu parameter kualitas air di perairan tempat budidaya. Sedangkan aklimatisasi adalah penyesuaian biota air terhadap faktor-faktor kualitas air pada lingkungan barunya seperti suhu, pH, alkalinitas, dan sebagainya. Mengapa benih ikan yang akan ditebar harus diaklimatisasi ?
Ya, karena ikan adalah binatang berdarah dingin (Poikiloterm) dimana suhu tubuhnya sama dengan suhu lingkungannya. Jadi apabila lingkungannya berganti dimana suhu lingkungan hidupnya yang baru juga berganti. Yang menjadi masalah adalah apabila perbedaan suhu lingkungan asal dan lingkungan baru berbeda terlalu besar maka ikan-ikan akan stres. Maka aklimatisasi bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan akan terjadi “shock atau stres” bagi biota air tersebut, dimana biota air akan ter ganggu fungsi fisiologisnya bahkan bisa lebih parah lagi mengakibatkan kematian. Terlebih bagi biota air yang sudah dalam kondisi lemah akan lebih fatal lagi. Sedangkan aklimasi adalah penyesuaian biota air terhadap satu faktor kualitas air saja, misalnya penyesuaian suhu saja, atau pH saja.Proses aklimatisasi sebagai berikut.
1. Benih di dalam kemasan kantong plastik diapungkan di dalam wadah. Biarkan kantong plastik mengapung selama lebih kurang 30 menit agar suhu di dalam kantong kemasan sama dengan suhu di dalam wadah (proses aklimasi)
2. Setelah 30 menit, kantong dibuka satu persatu, tambahkan air dari wadah atau air lingkungan sebanyak kira-kira 1/4 dari volume air kemasan ke dalam kantong tersebut, biarkan selama 15 menit. Perlu diperhatikan agar setelah kantong dibuka posisinya di air tidak miring, sehingga air tidak masuk.
3. Setelah 15 menit, tambahkan lagi air wadah sebanyak 1/4 volume air dalam kantong , lalu biarkan 30 -60 menit. Penambahan air wadah atau lingkungan wadah ke dalam kantong untuk menyesuaikan pH dan alkalinitas (salinitas untuk ikan payau dan laut) air dalam kantong dengan air kolam/tambak secara bertahap.
4. Setelah dilakukan dua kali penambahan air media pada kantong, maka diperkirakan salinitas air di kedua tempat sudah sama atau mendekati sama. Bila petani memiliki alat pengukur kadar garam, seyogyanya kadar garam diukur. Jika ada perbedaan kadar garam antara air kemasan benih dan air petakan perbedaannya tidak boleh terlalu besar melebihi 5 ppt. Jika ternyata perbedaan lebih besar, masukkan lagi airkolam/tambak ¼ volume lagi ke dalam kantung dan biarkan tenang selama 30 menit.
5. Selanjutnya, periksa apakah benih sehat. Benih yang sehat akan berenang dengan gesit. Apabila sudah dipastikan bahwa benih sudah melakukan aktifitas berenang dengan aktif, maka saatnya kantongkantong dimiringkan hingga benih-benih dapat berenang keluar sendiri dari kantong dan menyebar ke dalam kolam/tambak. Namun jangan lupa ambillah data tentang waktu penebaran (hari, tanggal, jam), jumlah populasi benih yang ditebar, biomassa rata-rata, dan biomassa total, sebagai data awal untuk menentukan kebutuhan pakan. Ketika sampling data awal ini juga sangat dibutuhkan, karena untuk menduga pertumbuhan biomassa ikan dan perhitungan FCR harus diketahui data awal ini.
MANAGEMENT AIR
Orang awam banyak yang beranggapan bahwa ikan akan dapat hidup dan berkembang apabila berada dalam air dan diberi pakan yang cukup. Padahal sebenarnya persyaratan air merupakan suatu yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan ikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Persyaratan kuantitas adalah persyaratan air dari segi kecukupannya meliputi volume dan kontinuitas ketersediaannya di dalam suatu wadah budidaya. Sedangkan dari segi kualitas adalah persyaratan baik dan jeleknya mutu suatu perairan dari aspek fisika, kimia, dan dari aspek biologi. Persyaratan kualitas air ini bahkan dapat mempengaruhi kepada faktor yang lain yaitu faktor penyakit yang bisa menyerang ikan.
Dikalangan pembudidaya dikenal ada istilah “ memelihara ikan adalah memelihara air”, yang artinya apabila ingin memperoleh hasil budidaya yang baik maka harus mengelola kualitas air wadahnya dengan baik pula. Adapun rusng lingkup materi yang akan dipelajari dalam pengelolaan kualitas air pada pembesaran benih ikan adalah meliputi:
1. Kriteria parameter kualitas air (Biologi, Fisika, Kimia)
2. Teknik Pengukuran parameter kualitas air (Biologi, Fisika, Kimia)
3. Pengelolaan kualitas air optimal untuk kegiatan pembesaran
4. Interaksi antar parameter kualitas air (Biologi, Fisika, Kimia) pada perairan
5. Pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan ikan
Kuantitas air media budidaya ikan lele
Selama kegiatan pemeliharaan ikan, kuantitas (volume) air harus selalu dipertahankan sesuai dengan volume yang ditetapkan. Pengaruh dari menyusutnya volume air sistem teknologi budidaya memang tidak terlalu vital, namun cukup berbahaya apabila tidak segera diatasi.
Dampak dari penurunan volume air sistem teknik budidaya adalah:
• Suhu air akan berfluktuasi tinggi. Hal ini disebabkan pada volume air yang sedikit air akan cepat panas, dan akan cepat juga melepas panas.
• Konsentrasi salinitas air cenderung lebih tinggi, karena penguapan air yang tinggi menyebabkan partikel-partikel garam yang mengendap semakin banyak. Sebagai contoh adalah tambak garam yang airnya sengaja dikeringkan untuk dipanen garamnya.
• Untuk budidaya semi intensif dan intensif, kondisi volume air yang kurang menyebabkan DO air turun, sehingga ikan-ikan akan mengalami krisis DO yang berdampak terhambatnya metabolisme pada ikan.
Penggantian air media pembesaran yang dilakukan secara terprogram, akan dapat menjamin kondisi kualitas air yang optimal seperti DO, pH, alkalinitas, dan gas-gas beracun lainnya. Pada kondisi kualitas air yang kritis (menurun), maka harus dilakukan penggantian air baru yang steril dengan volume air yag lebih banyak (penggantian air baru yang steril bisa mencapai 30%), sehingga dengan kondisi seperti ini harus ada/tersedia sejumlah air yang cukup baik secara kuantitas maupun kualitas. Apabila petakan tambak yang anda kelola menggunakan sistem air tandon (petak karantina), maka air di petak tandon harus selalu tersedia cukup untuk menggantikan air yang dibuang. Untuk mensterilkan air bisa digunakan kaporit dengan dosis 5 – 10 ppm.
Tujuan penambahan volume air pada kolam atau tambak adalah untuk:
• Menambah air yang hilang akibat rembesan dan penguapan (evaporasi)
• Mengencerkan plankton apabila kondisi plankton di kolam dalam keadaan blooming.
• Memperbaiki kondisi parameter kualitas air, khususnya bahan-bahan organik yang terlalu pekat dan zat-zat beracun.
Kualitas air media budiadaya ikan lele
kualitas air media budidaya yang baik, sudah tentu akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan ikan secara optimal. Oleh karena itu kualitas air media budidaya harus selalu diperiksa dari segi kelayakannya, dan apabila terlihat kecenderungan penurunan kualitas airnya, maka kita harus melakukan langkah-langkah pengelolaan sesuai dengan faktor kualitas air yang mengalami penurunan kualitas tersebut. Mengapa faktor kualitas air sangat berpengaruh dalam pembesaran ikan ? Ada beberapa alternatif jawaban yang bisa kita kemukakan yaitu:
• Kondisi kualitas air yang buruk dapat memicu berkembangnya penyakit. Mengkin anda masih ingat teori hubungan antara inang, fathogen, dan kualitas air, yang berpengaruh terhadap perkembangan penyakit di perairan, dalam hal ini penyakit di tambak.
• Faktor kualitas air juga berpengaruh terhadap kesuburan perairan misalnya kelimpahan plankton. Apabila kondisi kualitas air jelek maka kelimpahan plankton akan kurang.
Dengan demikian berarti pakan alami tidak tersedia dengan jumlah yang cukup. Salah satu contoh faktor yang berpengaruh terhadap kesuburan perairan tersebut adalah pH. Apabila pH perairan rendah maka nutrien yang ada di perairan tidak akan direspon dengan baik oleh plankton untuk kebutuhan fotosintesis, sehingga plankton tidak akan berkembang. Nah, dari pernyataan di atas, pemeriksaan dan pengelolaan kualitas air adalah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan atau merupakan bagian integral dengan kegiatan pembesaran ikan. Pemantauan kualitas air pada sumber air dan pada media budidaya pada hakekatnya bertujuan ;
- Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia, dan biologi.
- Membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan nilai kualitas air yang idealuntuk budidaya tambak.
- Menilai kelayakan suatu sumberdaya air untuk kepentingan tertentu. Dalam mempelajari pengelolaan kualitas air, kita mengenal ada tiga parameter kualitas air, yaitu parameter fisika, kimia dan biologi.
Masingmasing parameter terdiri dari banyak faktor, dimana antara faktor faktor kualitas air ada yang mempengaruhi faktor yang lain. Ada juga antar faktor kualitas air tersebut saling mempengaruhi. Contoh faktor kualitas air yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain adalah Hubungan antara pH dan Alkalintas.
Apabila alkalinitas tinggi maka pH juga akan meningkat, sebaliknya apabila alkalinitas turun maka pH akan turun juga. Adapun faktor kualitas air yang mempengaruhi terhadap faktor kualitas air lain yaitu suhu yang dapat mempengaruhi kelarutan oksigen terlarut di perairan.
1) Parameter fisika
Parameter fisika kualitas air adalah kondisi fisik kualitas air yang ditunjukkan oleh faktor-faktor kualitas air perairan. Yang termasuk parameter fisika itu antara lain Cahaya, suhu, kecerahan dan kekeruhan, warna, dan salinitas.
a) Cahaya
Dalam pembesaran ikan, keberadaan cahaya sangat penting. Pemanasan air media pembesaran sangat erat hubungannya dengan intensitas dan penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan tersebut. Radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi sekitar 1350 Joule/detik/m2 (watt) dengan kecepatan sekitar 186.000 mil/detik (299,790 km/detik).
Panjang gelombang radiasi matahari berkisar antara 150 – 3200 nano meter dengan puncak panjang gelombang sekitar 480 nano meter. Diantara kisaran panjang gelombang radiasi matahari tersebut, hanya radiasi dengan panjang gelombang 400 – 700 nano meter yang dipergunakan pada proses fotosintesis dikenal dengan istilah Photosyntetically Active Radiation (PAR).
Kisaran panjang gelombang fotosintesis ini dikenal dengan sebutan cahaya tampak ( Visible light), yaitu cahaya yang dapat dideteksi oleh mata manusia ( Cole, 1988). Cahaya yang mencapai permukaan bumi dan juga permukaan perairan terdiri dari cahaya langsung (direct) berasal dari matahari dan cahaya yang disebarkan (diffuse) oleh awan yang sebenarnya juga berasal dari cahaya matahari (Cole, 1988). Jumlah radiasi yang mencapai permukaan perairan sangat dipengaruhi oleh awan, ketinggian dari permukaan laut (altitute), posisi geografi, dan musim. Penetrasi cahaya ke dalam air sangat dipegaruhi oleh intensitas dan sudut datang cahaya pada permukaan air, kondisi permukaan air, dan bahan-bahan terlarut atau tersuspensi di dalam air (Boyd 1988; Welch, 1952).
Cahaya matahari yang mencapai permukaan perairan sebagian diserap dan sebagian lagi direfleksikan. Molekul-molekul seperti O2, H2O, dan CO2 dapat menyerap radiasi matahari dan merubahnya menjadi energi panas (Moss, 1993). Pada perairan alami sekitar 53 % cahaya yang masuk mengalami transformasi menjadi panas, dan sudah mengalami penghilangan (extinction) pada kedalaman satu meter dari permukan (Wetzel, 1975). Cahaya matahari yang dipantulkan kembali oleh permukaan air bervariasi menurut sudut datang cahaya dan musim. Sudut datang cahaya matahari ke permukaan air bervariasi secara harian. Pada saat sudut datang cahaya matahari tepat 900 yang terjadi pada sekitar pukul 12.00, cahaya matahari yang dipantulkan sekitar 1,5 –2,0 %. Semakin kecil sudut datang cahaya semakin banyak cahaya yang dipantulkan. Spektrum cahaya yang memiliki panjang gelombang lebih besar yaitu merah dan orange (550 nm) dan panjang gelombang lebih pendek seperti ultraviolet dan violet (ungu) diserap lebih cepat padaperairan namun tidak dapat melakukan penetrasi yang lebih dalam ke kolom air dibandingkan dengan dengan spektrum cahaya dengan panjang gelombang pertengahan seperti biru, hijau, dan kuning (400 – 500 nm) yang dapat melakukan penetrasi lebih dalam pada kolom air. Spektrum merah dan orange paling efektif digunakan oleh tumbuhan berklorofil untuk aktifitas fotosintesis tumbuhan di perairan (Brown, 1987).Cahaya merupakan sumber energi utama pada ekosistem perairan. Cahaya memiliki 2 fungsi utama di perairan (Jeffries dan Mills, 1996):
• Memanasi air yang menyebabkan perubahan suhu dan berat jenis (densitas) dan berakibat pada terjadinya percampuran massa dan kimia air. Perubahan suhu juga mempengaruhi tingkat kecocokan perairan sebagai habitat bagi suatu organisme akuatik, karena setiap organisme akuatik memiliki kisaran suhu minimum dan maksimum tertentu untuk hidupnya.
• Cahaya menjadi sumber energi bagi proses fotosintesis oleh algae dan tumbuhan air. Cahaya sangat berpengaruh pada tingkah laku organisme akuatik.
Algae planktonik memperlihatkan respon yang berbeda terhadap perubahan intensitas cahaya. Ceratium hirudinella (Dinoflagellata) melakukan pergerakan vertikal pada kolom air karena perubahan intensitas cahaya. Blue green algae (Cyanophyta) mengatur volume vakuola gas untuk melakukan pergerakan secara vertikal pada kolom air sebagai respon terhadap perubahan intensitas cahaya. Zooplankton melakukan migrasi vertikal harian juga karena perubahan intensitas cahaya (Jeffries dan Mills, 1996). Pigmen klorofil menyerap cahaya biru dan merah, karoten menyerap cahaya biru dan hijau, fikoeritrin menyerap warna hijau, dan fikosianin menyerap cahaya kuning (Cole, 1988). Dari pernyataan-pernyataan di atas tentang cahaya, diantaranya yang terpenting adalah:
• Tidak semua radiasi cahaya matahari bisa digunakan oleh tumbuhan berklorofil bisa dimanfaatkan untuk fotosintesis,
• Jumlah radiasi yang mencapai permukaan perairan sangat dipengaruhi oleh awan, ketinggian dari permukaan laut (altitute), posisi geografi, dan musim.
• Cahaya matahari yang mencapai permukaan perairan sebagian diserapdan sebagian lagi direfleksikan.
• Pada perairan alami sekitar 53 % cahaya yang masuk mengalami transformasi menjadi panas, dan sudah mengalami penghilangan (extinction) pada kedalaman satu meter dari permukaan. Oleh sebab itu kedalaman tambak yang ideal agar suhu airnya optimal sesuai dengan persyaratan hidup ikan minimal satu meter.
• Penetrasi cahaya matahari yang maksimal terjadi pada pukul 12.00, ini berarti fotosintesis yang maksimal juga terjadi pada waktu itu. Jadi cahaya memegang peranan penting dalam pembesaran ikan baik dalam memanasi suhu media budidaya maupun untuk keberadaan plankton.
b) Suhu
Suhu merupakan faktor kulitas air yang bisa mempengaruhi faktor kualitas air lain, perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Dengan kata lain turun naiknya suhu akan mmpengaruhi pada faktor kualitas air yang lain. Jadi suhu merupakan “controlling factor”.
Oleh sebab itu keberadaan suhu di tambak harus bisa dipantau jangan sampai berada di bawah atau di atas kriteria nilai untuk pembesaran ikan. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam sehari, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran serta kedalaman dari badan air. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan kekentalan (viskositas), reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi. Selain itu peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air seperti: gas O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya (Haslam, 1995). Kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air juga memperlihatkan peningkatan dengan naiknya suhu yang selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen.
Peningkatan 100C suhu perairan meningkatkan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2 –3 kali lipat. Namun kondisi yang sebaliknya adalah dengan peningkatan suhu terjadi penurunan kadar oksigen terlarut di perairan, sehingga keberadaan oksigen terlarut kadangkala tidak mampu memenuhi peningkatan oksigen yang dibutuhkan oleh organisme akuatik untuk metabolisme dan respirasi.
Dekomposisi oleh mikroba juga menunjukkan peningkatan dengan semakin meningkatnya suhu. Kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20 – 300C.
Ikan seperti halnya biota air lainnya merupakan hewan berdarah dingin (Poikilotermal), oleh sebab itu suhu tubuhnya sangat tergantung oleh suhu air. Namun begitu perubahan suhu baik berupa penurunan maupun peningkatan suhu yang sangat besar (drastis) sama sekali tidak dapat ditolerir oleh ikan dan dapat menyebabkan ikan „shock“.
Kisaran suhu yang optimal bagi pemeliharaan ikan di kolam adalah 23 – 300C. Suhu rendah dibawah normal dapat menyebabkan ikan mengalami lethargi, yaitu kehilangan nafsu makan, dan menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Sebaliknya suhu yang terlalu tinggi ikan dapat mengalami stress pernapasan dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan insang permanen.
Peningkatan suhu kadang-kadang diperlukan untuk meningkatkan laju metabolisme ikan sehingga perlakuan tersebut diharapkan dapat menolong mempercepat proses penyembuhan suatu penyakit, dan atau mempercepat siklus hidup suatu parasit sehingga parasit tersebut dapat segera dihilangkan.
Penurunan suhu secara perlahan, jarang menimbulkan shock, meskipun demiki an temperatur hendaknya dikembalikan ke kondisi semula secara perlahan-lahan dalam waktu satu jam atau lebih. Untuk menurunkan suhu air di tambak dan mempertahankannyapada suhu rendah, dapat digunakan kincir. Kincir merupakan alat yang mendifusikan oksigen ke dalam air dan melepaskan panas ke udara. Prinsip kerjanya kurang lebih sama dengan prinsip kipas angin (fan). Pada kondisi normal, suhu air selalu turun naik sepanjang hari sesuai dengan suhu udara atau terik matahari di hari itu.
Pada tambak dengan kedalaman lebih dari 1 meter, seperti halnya pada tambak intensif, suhu pada kolam air bagian permukaan seringkali menjadi lebih tinggi dibanding pada bagian bawah, bahkan sampai kedalaman 20 -30 cm di siang hari yang panas. Perbedaannya bisa mencapai 20C. Hal ini kurang baik bagi ikan, dan oleh sebab itu kembali peran kincir sangat vital untuk mengaduk air agar tidak terjadi stratifikasi suhu. Suhu air tambak yang normal di wilayah tropis seperti Indonesia berkisar antara 250C – 32 0C. Suhu rendah biasanya terjadi pada malam hari karena matahari tenggelam sementara angin bertiup relatif banyak.
Kondisi yang umum terjadi di tambak adalah suhu yang relatif tinggi, namun masih berada pada nilai kisaran yang disenangi oleh ikan. Tambak merupakan sistem teknologi budidaya yang cenderung memiliki suhu yang panas. Tetapi suhu maksimal tidak terlalu membahayakan karena masih berada pada batas yang dipersyaratkan bagi kehidupan ikan. Yang menjadi permasalahan dari suhu adalah jika terjadi fluktuasi suhu, karena sifat ikan berdarah dingin (Poikilotermal) yang bisa mengakibatkan ikan stres apabila terjadi fliktuasi suhu yang terlalu besar.
Fluktuasi suhu yang terjadi sebesar ≥ 50C apalagi dalam jangka waktu singkat, bisa menyebabkan ikan stres bahkan sampai mati. Pengukuran suhu di tambak yang sering dilakukan oleh para petambak tiga kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul 08.00, siang hari pukul 12.00 dan sore hari pukul 16.00. fungsi dari pengukuran suhu ini adalah untuk mengetahui suhu terendah dan suhu tertinggi dalam satu hari. Pengukuran berikutnya hanya dilakukan apabila terjadi suasana yang ekstrim saja, misalnya cuaca yang mendung atau hujan terus menerus, maka perlu dilakukan pengecekan suhu untuk melihat nilai minimalnya. Memang susah untuk bisa menaikkan suhu air tambak, namun tindakan lain untuk mengatasi dampak penurunan kualitas air lainnya akibat dampak penurunan suhu, dapat kita lakukan. Sebagai contoh, suhu rendah mengakibatkan metabolisme ikan turun, maka kita harus mengurangi jatah pemberian pakan sampai setengah bagiannya.
MANAGEMENT PAKAN
Jenis-jenis pakan
Ikan memerlukan nutrisi yang cukup agar bisa berkembang maksimal. Ada dua jenis pakan yang biasa digunakan pada budidaya ikan lele yaitu.
• Pakan alami
Pakan ini sering digunakan sebagai pendamping pakan pabrikan. Pakan ini berupa pakan hijauan, kita bisa dengan mudah mendapatkannya. Penggunaan pakan ini tidak dapat digunakan sebagai pakan utama. Karena ikan lele bukanlah ikan herbivora.
• Pakan buatan ( pabrikan)
Pakan ini memiliki nilai nutrisi yang cukup. Sangat baik dalam menunjang perkembangan hidup ikan kita. Tetapi kita akan sedikit terkendala karena harga pakan ini cukup mahal.
Tetapi anda dapat mengatasinya dengan menekan nilai FCR ( feed conversi ratio) dengan menambahkan vitamin dan probiotik yang di bibiskan kepakan.
Pemberian pakan ikan lele harus terkontrol artinya kita tidak bisa sesuka hati untuk untuk memberi makan , pemberian pakan ikan harus teratur dan sesuai dengan bobot ikan yang sedang di pelihara. Setiap usia lele yang berbeda memerlukan pakan yang berbeda pula.
Pemberian pakan 3x dalam sehari. Pagi , siang, dan malam hari. Ketika datang hujan pemberian pakan dihentikan karena lele akan memuntahkan kembali pakan yang dimakannya pemberian pakan dilanjutkan setelah hujan reda. Karena ikan lele merupakan ikan nokturnal atau hewan yang aktif pada malam hari pemberian pakan lebih banyak pada malam hari.
Baca Juga
Wah, sudah cukup panjang yah artikel ini dah capek ngetiknya, hehehehe. Sekian tips dari saya mungkin ini sudah sangat cukup sebagai pegangan bagi para pembudidaya yang masih newbie. Semoga sukses dan barokah.
Comments